Serangan udara Israel yang menghantam sebuah sekolah yang digunakan sebagai tempat pengungsian di Khan Younis, Gaza, telah menewaskan sedikitnya 16 orang. Sekolah yang awalnya disiapkan untuk menampung ribuan warga yang mengungsi akibat konflik ini, kini menjadi lokasi tragedi yang memperburuk krisis kemanusiaan di wilayah tersebut. Serangan ini tidak hanya menambah jumlah korban jiwa, tetapi juga meningkatkan ketegangan di kawasan yang sudah terhimpit oleh konflik berlarut-larut antara Israel dan kelompok bersenjata Palestina.
Kronologi Serangan dan Dampaknya
Pada pagi hari yang penuh kekhawatiran itu, serangan udara Israel mengincar sebuah bangunan sekolah yang digunakan oleh PBB sebagai tempat penampungan bagi warga Gaza yang terpaksa mengungsi akibat kekerasan yang terus meningkat. Sekolah tersebut menampung lebih dari seribu orang yang mencari perlindungan dari gempuran militer Israel, yang telah intensif di Gaza sejak awal bulan.
Serangan ini menyebabkan kerusakan parah pada struktur bangunan, memerangkap sejumlah pengungsi yang berada di dalamnya. Selain 16 orang yang dilaporkan tewas, puluhan lainnya terluka parah. Tim penyelamat yang berusaha mengevakuasi korban dari reruntuhan menghadapi kondisi yang sangat sulit, dengan terbatasnya akses ke lokasi akibat pertempuran yang terus berlangsung di sekitar Gaza.
Reaksi Internasional dan Kontroversi Serangan
Serangan ini segera memicu reaksi keras dari berbagai pihak di dunia internasional. Banyak negara dan organisasi hak asasi manusia mengecam serangan tersebut, menyebutnya sebagai serangan yang tidak pandang bulu terhadap warga sipil. PBB sendiri telah mendesak Israel untuk mematuhi hukum internasional dan memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap para pengungsi, terutama di fasilitas yang dikelola oleh badan internasional.
Namun, Israel membela serangannya dengan menyatakan bahwa serangan tersebut ditargetkan pada “infrastruktur militer” yang digunakan oleh kelompok Hamas di wilayah tersebut. Mereka juga menegaskan bahwa langkah-langkah telah diambil untuk menghindari korban sipil, meskipun kenyataannya jumlah korban jiwa di kalangan pengungsi meningkat dengan tajam.
Krisis Kemanusiaan yang Semakin Memburuk
Kehadiran lebih dari 1 juta pengungsi di Gaza telah memberikan tekanan besar pada fasilitas yang ada, seperti sekolah-sekolah yang digunakan untuk menampung mereka. Sejumlah badan bantuan internasional telah memperingatkan bahwa kekurangan pasokan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan dasar lainnya semakin memperburuk krisis ini. Serangan terhadap fasilitas pengungsian, yang seharusnya menjadi tempat aman, hanya menambah penderitaan warga Gaza yang sudah lama terjebak dalam pertempuran dan pengepungan.
Lebih lanjut, serangan-serangan yang menargetkan infrastruktur sipil, termasuk sekolah dan rumah sakit, telah menjadi bagian dari pola kekerasan yang lebih luas dalam konflik ini. Meskipun ada usaha-usaha diplomatik untuk menanggulangi situasi, perdamaian di Gaza seakan semakin jauh dari jangkauan.
Bantuan dan Upaya Pemulihan
Seiring dengan tragedi yang terjadi, berbagai organisasi kemanusiaan terus berusaha memberikan bantuan darurat kepada para korban yang selamat. Namun, tantangan besar tetap ada. Infrastruktur yang hancur, akses yang terbatas, dan ancaman keselamatan yang terus berlangsung membuat distribusi bantuan menjadi semakin sulit. Organisasi seperti Palang Merah Internasional dan PBB terus mendesak agar bantuan kemanusiaan dapat masuk tanpa hambatan ke Gaza, namun kesulitan dalam mencapai pengungsi yang membutuhkan tetap menjadi masalah utama.
Leave a Reply